Recent Movies

Cinta/Mati: Pertemuan Antara Cinta dan Kematian


Salah satu kesamaan antara Cinta dan Mati adalah ketika keduanya datang, maka tak akan ada pertanda ataupun peringatan. Keduanya merupakan hal pasti dan hal yang tidak pasti. Kendati demikian, Anda tetap tak akan mampu mencegahnya. Begitulah yang coba dijelaskan dalam film Cinta/Mati. Berfokus pada kisah seorang gadis, Acid (Astrid Tiar), yang hendak mengakhiri hidupnya pasca mendapati kenyataan pahit sebelum hari pernikahannya. Tak kuasa menahan pilu yang sangat menyiksa, Acid pun membulatkan tekadnya untuk bunuh diri. Malam itu, ditengah peluncuran aksi mengerikan tersebut, Acid pun bertemu dengan seorang pria slengean, Jaya (Vino G. Bastian). Pertemuan aneh dan misterius itu bukan selintas saja, namun justru berlangsung sepanjang malam. Acid meminta bantuan Jaya untuk membantunya bunuh diri. Dengan sebuah perjanjian, Jaya pun setuju untuk membantu Acid bunuh diri. Anehnya, berbagai percobaan bunuh diri yang direncanakan Jaya untuk Acid tak ada yang berhasil. Setiap kegagalan dari aksi tersebut membawa keduanya menjadi semakin mengenal satu sama lain, bahkan dalam hitungan jam.

Keadaan menjadi semakin seru ketika Acid mengetahui bila Jaya sesungguhnya juga sedang mencoba mencari cara untuk bunuh diri. Namun tentunya, dengan alasan yang berbeda dari Acid. Lantas kemanakah takdir membawa keduanya? Apakah cinta? Ataukah mati? Siapa bilang kalau sebuah film gerilya, yakni sebuah film dengan biaya produksi yang minim, tidak bisa menjadi media tontonan yang menghibur? Segenap tim produksi Cinta/Mati membuktikannya. Meski dengan anggaran produksi yang terbatas, film Cinta/Mati tetap sukses diproduksi hingga tuntas hingga bisa dinikmari masyarakat luas. Jam terbang Vino sebagai seorang aktor juga menjadi alasan yang turut memperkuat karakter film drama komedi ini. Kendati komedi yang diangkat adalah black comedy, hal tersebut tak menghilangkan nilai-nilai normatif yang coba ditanamkan lewat penyampaian yang sedikit ekstrim. Berdurasi selama 90 menit, Cinta/Mati dibawah arahan sutradara Bangsal 13 (2004), Ody C. Harahap, selalu menghibur disetiap adegannya. Pertengkaran-pertengkaran kecil antara Jaya dan Acid diyakini bisa mengocok perut Anda hingga berkali-kali.

Tak hanya itu, yang perlu diacungi jempol lagi adalah tim produksi film Cinta/Mati yang sudah merampungkan proses syuting sejak 2 tahun lalu. Film Cinta/Mati yang sempat terkatung-katung ini tetap bersemangat untuk membawa filmnya menjadi tontonan yang berkesan. Dengan sokongan dan dukungan penuh dari BSI dan Shooting Star, kini Cinta/Mati sudah siap untuk dirilis perdana di Cinema 21 tanggal 29 Agustus 2013.

The Mortal Instruments City of Bones: Terbongkarnya Rahasia Besar Mengejutkan


Sebuah film fiksi petualangan terbaru yang diangkat dari novel seri The Mortal Instruments karya Cassandra Clare, siap menjadi pilihan terbaik Anda yang sudah memiliki rencana untuk mampir ke bioskop. The Mortal Instruments: City of Bones menghadirkan banyak wajah segar dari para bintang muda berbakat dan tentunya tidak kalah berkualitas dengan para aktor senior. Kehidupan Clary Fray (Lily Collins) nampaknya berlangsung normal-normal saja. Sama seperti remaja pada umumnya. Ia hidup bersama sang ibu, Jocelyn Fray (Lena Headey), dan seorang cenayang aneh yang tinggal di rumahnya, Madame Dorothea (C.C.H.Pounder). Kehadiran Luke Garroway (Aidan Turner), sahabat ibunya pun membuat Clary merasa memiliki seorang paman. Ditambah lagi Simon Lewis (Robert Sheehan), sang sahabat yang selalu setia menemani Clary. Kehidupan yang nampak normal tersebut kemudian berubah sejak Clary tanpa sadar 'diperkenalkan' terhadap suatu simbol di kepalanya. Simbol tersebut membawa Clary menuju klub malam, tentunya bersama Simon. Di sana, Clary menyaksikan insiden pembunuhan mengerikan. Anehnya, dari semua orang yang berada di klub tersebut, hanya Clary lah yang dapat melihat kejadian tersebut. Tidak juga dengan Simon.

Bersamaan dengan itu, Jocelyn pun diserang oleh antek-antek dari Valentine Morgenstern (Jonathan Rhys Meyers), yang mencoba untuk menemukan sebuah benda bernama Mortal Cup. Benda tersebut dipercaya memiliki kekuatan yang sangat hebat dan mematikan. Selain itu, Jocelyn ternyata merupakan seorang Shadowhunter, yang sekaligus menjelaskan bila Clary bukanlah keturunan manusia normal biasa. Hanya Jocelyn lah yang tahu dimana Mortal Cup tersebut berada. Pelaku pembunuhan di klub, Jace Wayland (Jamie Campbell Bower) pun menjadi orang pertama yang menjelaskan pada Clary tentang hal-hal aneh yang ia alami. Sementara itu, Clary dihadapkan pada situasi dimana ia seorang diri harus mencari dimana keberadaan ibunya, dan siapa sebenarnya dirinya. Bersama dengan Jace, juga Simon, Clary pun 'masuk' ke dunia yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

The Mortal Instruments: City of Bones persembahan Constantin Film Production dan Sony Pictures Worldwide kiranya akan menjadi pilihan menarik bagi Anda. Film yang digarap oleh Harald Zwart ini memiliki nilai lebih dari versi novelnya, dimana hal tersebut terlihat dari pengemasan kisah fiksi yang sangat menarik. Bila Anda pembaca novelnya, perwujudan imajinasi Anda akan dibuat sangat nyata dalam visual The Mortal Instruments: City of Bones. Keindahan visual yang sangat memanjakan mata tersebut juga didukung oleh penyegaran wajah baru seperti, Lily Collins, Robert Sheehan, dan Jamie Campbell Bower, yang berperan sangat luar biasa. The Mortal Instruments: City of Bones juga memiliki alur cerita yang ringan namun tak terduga. Film yang berlokasi syuting di Kanada dan Amerika Serikat ini pun telah disebut-sebut akan merilis sekuelnya pada 2014 mendatang.4

One Direction This Is Us: Bukan Sebatas Dokumenter Tur Keliling Dunia


Kesuksesan grup vokal asal Inggris yang terbentuk pada tahun 2010, One Direction, memang sudah terdengar hampir di seluruh belahan dunia. Berangkat dari ide untuk membuat para penggemarnya senang, dengan menyaksikan konser tur dunia mereka, One Direction pun mendokumentasikan perjalanan turnya dalam sebuah film dokumenter berjudul One Direction: This Is Us. Seperti film dokumenter pada umumnya, One Direction: This Is Us juga menyorot kehidupan masing-masing personil grup One Direction, Liam Payne, Zayn Malik, Niall Horan, Harry Styles, dan Louis Tomlinson. Film ini berkisah tentang bagaimana persiapan mereka menjelang perjalanan konser tur dunia selama 10 bulan lamanya. Sebelum itu, awal pertemuan dan terbentuknya grup ini di ajang pencarian bakat di Inggris, X-Factor pun akan diperlihatkan di film ini. Kota demi kota, negara demi negara mereka singgahi satu per satu. London, Antwerp, Amsterdam, Oslo, Stockholm, Mexico, Tokyo, dan masih banyak lagi. Bagaimana mereka berlatih pra pertunjukan, check sound, persiapan lainnya, akan lengkap disajikan dalam One Direction: This Is Us.

Tak hanya itu, Anda pun akan diperlihatkan keseharian dan kegiatan masing-masing personil dikala senggang, seperti rekaman lagu terbaru mereka, ataupun aktifitas diluar musik lainnya. Yang mengejutkan lagi, bantuan dana dari One Direction untuk para kaum kurang mampu di seluruh dunia pun akan dipertontonkan secara indah. Bagaimana para personil yang sudah sangat terkenal ini mampu bersenda gurau tanpa batasan dengan anak-anak kurang mampu. One Direction: This Is Us yang dipersembahkan oleh Fulwell 73 dan Syco Entertainment ini berdurasi 92 menit. Di dalamnya terdapat beberapa lagu yang mereka nyanyikan di tur keliling dunia. Sebagai debutnya, Morgan Spurlock lah yang berwenang dibalik kursi sutradara untuk kelima anak laki-laki bersuara emas ini. Karena One Direction: This Is Us merupakan film dokumenter, tentunya tidak ada penulis skenario yang terlibat. Seluruh adegan dalam film ini murni merupakan kegiatan dan jadwal grup One Direction, tanpa ada satupun yang direkayasa.

Bagi Anda penggemar One Direction, pastinya akan sangat disayangkan bila tidak menyaksikan One Direction: This Is Us. Banyak sekali adegan-adegan yang akan jarang Anda lihat di media-media, dan hanya terdapat di film One Direction: This Is Us. Jika One Direction: This Is Us mampu menjawab rasa penasaran para penggemarnya, akankah mereka menggarap film dokumenter keduanya? Tetapi sebelum itu, baiknya Anda saksikan dulu One Direction: This Is Us, yang sudah rilis di Cinema 21 mulai hari ini. Dan perlu diketahui, One Direction: This Is Us akan hadir dalam format 3D untuk menambah keseruan Anda selama menyaksikan aksi dari lima pemuda tampan ini. Ayo tonton konser tur dunia idola Anda!

Percy Jackson Sea of Monsters: Aksi Putra Poseidon di Lautan Monster


Boleh jadi film tentang kisah dewa-dewa di mitologi Yunani merupakan salah satu pilihan menarik untuk sebuah hiburan lewat media audio visual. Setelah cukup 'megang' lewat debutnya yang bertajuk Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010), kini sekuelnya yang dipersembahkan oleh Fox 2000 Pictures akan segera hadir. Adalah Percy Jackson: Sea of Monsters, dimana Percy Jackson (Logan Lerman) selaku anak dari Dewa Laut, Poseidon, akan kembali bertualang bersama teman-temannya, Annabeth Chase (Alexandra Daddario) dan Grover Underwood (Brandon T. Jackson).

Bermula ketika pohon Thalia, sebagai benteng pertahanan half-blood camp, telah diracuni. Hal tersebut menyebabkan para manusia setengah dewa yang tinggal di dalam camp lebih riskan terancam bahaya dari makhluk-makhluk mengerikan lainnya di hutan. Guna mengembalikan pohon Thalia seperti sediakala, Percy harus mendapatkan Golden Fleece. Sebuah bulu domba emas yang bisa mengobati bahkan menghidupkan kembali hewan, tanaman, juga manusia yang sudah mati. Namun tentunya tidak mudah, Golden Fleece terdapat di sebuah pulau bernama Polyphemus yang terletak di Lautan Monster, yang akrab dikenal manusia dengan Segitiga Bermuda. Sebagai putra dari Poseidon, hiruk-pikuk perjalanan Percy bertambah seru dan menegangkan dengan kehadiran saudara laki-lakinya, Tyson (Douglas Smith), yang merupakan kelompok Cyclops. Ketegangan bertambah epik ketika putri dari Dewa Perang, Ares, bernama Clarisse (Leven Rambin) diberi mandat untuk memimpin pencarian Golden Fleece tersebut. Adanya pembelot yang bermaksud jahat juga menjadikan perjalanan Percy semakin berliku. Mampukah Percy dan teman-temannya mendapatkan Golden Fleece dan menyelamatkan pohon Thalia?

Diangkat berdasarkan novel laris karya Rick Riordan, Percy Jackson: Sea of Monsters menawarkan ketegangan serupa seperti film sebelumnya. Hanya saja dalam filmnya kali ini, sang sutradara, Thor Freudenthal, mengenalkan lebih banyak lagi karakter-karakter unik dalam mitologi Yunani. Tema fiksi petualangan yang diusung membuat Percy Jackson: Sea of Monsters sangat pas untuk disaksikan oleh segala usia. Nampaknya angkat topi pun perlu dilakukan untuk para tim produksi Percy Jackson: Sea of Monsters, khususnya tim visual efek yang sangat memanjakan mata. Tak hanya itu, penyegaran pun ditawarkan oleh film berdurasi 106 menit ini lewat sejumlah pemeran baru. Kehadiran Mr. Brunner/ Chiron yang di film sebelumnya diperankan oleh Pierce Brosnan, kini digantikan oleh Anthony Head. Sama halnya dengan Dylan Neal selaku pemeran Hermes, kini diperankan oleh Nathan Fillion. Percy Jackson: Sea of Monsters yang diskenariokan oleh Craig Titley, juga akan hadir lewat format 3D untuk menambah petualangan seru Anda di bioskop.

Elysium: Ketika Bumi Sudah Tidak Layak untuk Dihuni


Ketika bumi penuh dengan berbagai penyakit akibat polusi yang sudah melewati batas, umat manusia akhirnya membuat tempat tinggal baru yang lebih modern dan tentunya lebih sehat untuk ditinggali. Nama tempat itu adalah Elysium, dimana didalamnya terdapat berbagai fasilitas yang nyaman, aman dan menyehatkan. Tapi sayangnya hanya manusia-manusia tertentu saja yang bisa tinggal disana. Elysium merupakan tempat tinggal 'mumpuni' yang dipenuhi oleh orang-orang kaya, sedangkan bagi kaum proletar, mereka hanya bisa bermimpi dan berharap suatu saat nanti bisa tinggal di Elysium. Max (Matt Damon) adalah salah seorang yang memiliki harapan besar itu. Max bertekad untuk pergi ke Elysium, demi menyembuhkan penyakitnya setelah mengelami kecelakaan di lingkungan kerjanya. Di Elysium terdapat alat yang canggih yang bisa mengobati semua penyakit, bahkan bisa membuat manusia awet muda.

Usaha Max untuk pergi ke Elysium tidaklah mudah, ia harus bekerja ekstra keras dan berkorban demi melanjutkan kehidupannya meskipun cara yang ia tempuh itu ilegal. Adalah Spider (Wagner Moura) yang membuka harapan Max untuk bisa pergi Elysium walau 'harga' yang harus ia bayar sangatlah mahal. Elysium benar-benar menawarkan kisah yang realistis. Seperti kita ketahui, permasalahan iklim akibat pengaruh polusi yang diproduksi oleh umat manusia masih menjadi isu utama di dunia. Maka tak tertutup kemungkinan penggambaran yang ditampilkan di film Elysium bisa saja menjadi kenyataan di kemudian hari. Oleh sebab itulah film ini sangat mudah dipahami dan langsung mencuri perhatian kita sesaat Elysium baru dimulai. Disana akan diperlihatkan bagaimana kehidupan umat manusia di bumi pada akhir abad 21 dan tahun 2154 yang penuh dengan penyakit dan polusi. Selain realistis, film Elysium juga menawarkan kisah yang lebih luas dan bukan sebatas perjuangan Max untuk menuju tempat impiannya. Di dalamnya terdapat cerita tentang persahabatan Max dengan teman kecilnya, persaingan politik dan rasa kemanusiaan. Karena film ini menggambarkan kondisi di masa yang akan datang, sudah tentu alat-alat dan kendaraan yang ditampilkan jauh lebih modern dan canggih. Hal itu ditampilkan lewat prajurit robot produksi Armadyne, pesawat terbang lintas angkasa, senjata dan perkakas komputer yang mumpuni. Kualitas visual efek dan pemain yang dilibatkan di Elysium menjadi andalan utama untuk film ini. Efek yang disajikan sutradara Neill Blomkamp sangatlah tidak berlebihan dan natural di setiap scenenya, ditambah lagi dengan performa artis-artis papan atas di dalamnya seperti Matt Damon, Jodie Foster, William Fichtner, Alice Braga serta Sharlto Copley yang membuat kisah film ini menjadi lebih hidup.

Secara keseluruhan, film Elysium sangat dianjurkan untuk ditonton terlebih lagi bagi mereka yang sangat menyukai genre action sci-fi dan penggemar berat Matt Damon serta Jodie Foster. Bagaimanakah cara Max menuju Elysium? berhasilkah dia mengobati penyakitnya disana? temukan jawabannya dengan menonton Elysium yang sudah bisa dinikmati dalam format IMAX di Cinema 21 mulai hari ini.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Sinopsis Film - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger