Recent Movies

Runner Runner : Judi Online yang Membawa Malapetaka


Film Runner Runner kembali menampilkan bakat lain yang dimiliki oleh Justin Timberlake. Dalam film ini Justin Timberlake berperan sebagai Richie Furst dan beradu akting dengan aktor kawakan Ben Afflack yang kemarin juga masuk dalam nominai Sutradara Terbaik Oscar 2013 lewat film Argo. Richie Furst (Justin Timberlake) merupakan seorang mahasiswa dari universitas Princeton yang memiliki bakat luar biasa dalam sistem perjudian game online. Meskipun ia bukan termasuk golongan mahasiswa kaya, tapi Richie memiliki ambisi besar untuk meraih sukses dan rela bersusah payah bermain serta membantu teman-temannya untuk menang dalam permain game online. Hidup yang baginya merupakan sebuah keberuntungan ini, seketika berubah menjadi malapetaka dimana ia mulai terbelit dengan beberapa permasalahan mulai dari pemecatan sampai teguran keras yang dilakukan pihak kampus karena terbukti aktif di bisnis perjudian game online di lingkungan universitas. Tidak hanya itu, Furst yang merasa dicurangi oleh salah satu situs judi online yang dimiliki Ivan Block (Ben Afflack), berusaha untuk mendapatkan uangnya kembali hingga ke Costa Rica.

Memiliki karakter yang licik dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan, Ivan Block ternyata adalah buronan FBI yang sudah lama diburu oleh aparat hukum. Lambat laun akhirnya Furst dan Ivan pun bertemu didaerah yang dikenal sebagai surga bagi para penjudi, Costa Rica. Furst yang awalnya hanya mengingkan uangnya kembali, ternyata tergiur dengan usaha yang dijalankan Ivan Block sampai akhirnya ia mendapatkan tawaran posisi penting. Seketika itupula, Furst berubah menjadi orang sukses dan memiliki banyak uang atas keahlian analisanya. Tapi tanpa disadari, kemakmuran yang ia dapat bukanlah tanpa resiko. Film yang lebih didominasi dengan pemandangan alam yang indah khas Costa Rica ini, ternyata juga memberikan gambaran bagaimana kejam dan brutalnya bisnis judi online. Bisnis tersebut mampu bertumbuh dengan pesat dan aman dengan modal suap ke aparat hukum disana. Disutradarai oleh Brad Furman, film ini juga memberikan sentuhan cinta segitiga antara Ivan, Furst dan Rebbeca yang apik dimainkan oleh artis cantik Gemma Arterton. Tidak lupa juga, Brad menyisipkan adegan yang memamerkan kemahiran Justin dalam menari bersama Gemma, sehingga ditengah ketegangan cerita ada sedikit jeda untuk menghibur penonton. Seperti diketahui, Ini bukanlah film pertama Justin, sebelumnya ia pernah terlibat di beberapa film diantaranya Friends with Benefits (2011) dan In Time (2011). Namun kali ini kualitas aktingnya kembali dipertaruhkan karena ia harus berduet dengan aktor sekaligus sutradara berbakat Ben Affleck.

Secara keseluruhan film Runner-Runner memiliki kisah yang menarik karena mengangkat latar belakang bisnis judi online. Hal itu dinilai sangat original mengingat perkembangan tekhnologi dan dunia internet sudah berkembang pesat saat ini. Selain itu kualitas akting para pemain di film ini juga sangat mumpuni, dimana hal tersebut terlihat jelas lewat sosok Ben yang berperan sebagai bandar judi online raksasa di dunia. Penasaran dengan apa yang terjadi antara Furst dan Ivan? serta apa yang terjadi pasca Furst meraih kesuksesan lewat bisnis judi onlinenya? jawabnya hanya bisa disaksikan lewat film Runner Runner yang sudah mulai tayang di cinema 21 mulai 27 September 2013.

Rush: Duel Seru Antara Niki Lauda dan James Hunt


Jika Anda merupakan penggemar balap mobil, khususnya F1, tentunya nama Niki Lauda dan James Hunt sudah tak asing lagi. Kedua pembalap yang berjaya di era 70 dan 80-an tersebut memang identik sebagai kompetitor hebat. Dan lewat Rush, Anda berkesempatan untuk mengenal keduanya lebih dekat lagi. Bermula ketika keduanya, Hunt (Chris Hemsworth) dan Lauda (Daniel Brühl), masih 'beredar' sebagai pebalap pemula di F3. Duo jagoan ini dipertemukan di Monaco Grand Prix 1973, dimana saat itu Lauda baru saja memutuskan untuk meninggalkan kehidupan dan bisnis di tempat asalnya, Vienna, Austria. Ia memutuskan untuk beradu kecepatan di sirkuit balap. Sejak saat itu, persaingan antara Hunt dan Lauda terus bergulir dan semakin membara. Persaingan tersebut membawa karir mereka hingga ke pintu F1. Ditambah lagi dengan karakter mereka yang sangat bertolak belakang. Lauda, merupakan pribadi yang serius dan sangat fokus. Sementara Hunt, si flamboyan yang gemar berpesta, playboy, juga gemar berkelahi. Kompetisi diantara mereka tak hanya terjadi di arena balap, namun juga di belakang sirkuit.

Hingga suatu tragedi mengenaskan menimpa Lauda saat beradu balap di German Grand Prix 1976. Saat itu, lintasan tempat diselenggarakannya balapan terbilang sangat beresiko karena masih basah akibat hujan. Sementara sebelumnya, Lauda telah mengadakan pertemuan untuk mengambil suara apakah balapan tetap dilanjutkan atau tidak. Namun atas provokator Hunt, balapan tetap berlangsung. Absennya Lauda dari sirkuit balap dimanfaatkan dengan baik oleh Hunt. Dirinya beraksi maksimal dan terus memenangkan berbagai perlombaan. Belum pulih secara total bekas-bekas luka bakar Lauda, ia sudah memutuskan untuk kembali balapan di kompetisi terakhirnya di Jepang. Dan Hunt, sudah bersiap menantinya. Bukan sekedar film biografi biasa. Itulah yang akan Anda rasakan usai menyaksikan Rush. Film persembahan Cross Creek Pictures dan Exclusive Media Group ini tak cuma menghadirkan kisah kompetitor sejati di arena balap, namun juga persahabatan yang terjadi secara tidak langsung diantara keduanya.

Digarap oleh sutradara The Da Vinci Code (2006) dan Angels & Demons (2009) Ron Howard, film Rush menawarkan set yang apik khas era 70-an secara terperinci. Latar belakang lokasi, properti, gaya hidup, dan logat bahasa pun diperhatikan dengan seksama. Bersama dengan Peter Morgan sebagai penulis skenario, Rush memilki 123 menit durasi pemutaran film, dan tak menjenuhkan sama sekali lantaran Anda akan dibuat sibuk dengan hal-hal menarik yang intens terjadi di setiap adegan Rush. Adapun film yang mengocek anggaran produksi sebesar 38 juta dollar AS ini juga memberikan aksi-aksi memukau dan sangat nyata di arena balap saat itu. Mobil-mobil bermerek, seperti Ferrari, McLarren, dan lainnya pun disesuaikan dengan desainnya pada saat itu. Karena Rush adalah kisah tentang dua pebalap terkenal pada masanya, bintang-bintang yang terlibat juga merupakan pembawa lakon yang spektakuler. Disini, Chris Hemsworth, Daniel Brühl, Olivia Wilde, Pierfrancesco Favino dan Alexandra Maria Lara adalah sejumlah nama beken yang meramaikan Rush.

Insidious 2: Kembali ke Alam Baka untuk Sang Ayah


Anda tentu masih ingat bagaimana akhir cerita di film Insidious pertama, dimana sang Ayah, Josh Lambert (Patrick Wilson) berhasil menyelamatkan anaknya, Dalton (Ty Simpkins) dari dunia astral. Yang menjadi pertanyaan di akhir cerita adalah, apakah Josh Lambert adalah Ayah yang sebenarnya yang kembali ke dunia nyata atau masih dirasuki hantu wanita yang mengikutinya setelah menyelamatkan Dalton dari dunia astral? Insidious 2 akan menjawab teka-teki itu. Film Insidious 2 akan memperlihatkan kehidupan keluarga Josh Lambert yang mulai hidup normal. Namun semuanya berubah mencekam ketika dentingan piano mulai mengalun sendiri, benda-benda mati yang bergerak sendiri dan sesosok hantu wanita dengan pakaian kuno menampakan wujudnya kembali. Keluarga Lambert kali ini berusaha mengungkap misteri masa lalu Ayahnya sendiri, Josh Lambert. Misteri tersebut membuat keluarga mereka kembali berhubungan dengan alam gaib dan dihantui kejadian-kejadian aneh yang bahkan lebih mengerikan dari sebelumnya. Dalton dengan bakat alam bawah sadarnya, akan mencoba menemukan ayahnya di dunia astral. Film Insidious menjadi salah satu film horror yang meraih sukses sepanjang tahun 2011. Pendapatan totalnya pun mencapai 95 Juta dollar AS atau sekitar Rp 843,3 Miliar. Dan James Wan akan kembali menduduki kursi sutradaranya. Dengan tim produksi yang sama, dia masih mampu meramu terror yang lebih mencekam di film Insidious 2 ini.

Film dari rumah produksi Sony Picture tersebut menyajikan Insidious 2 dengan efek suara dan gambar yang sangat natural namun kental dengan suasana mistis yang mencekam dari sebuah rumah. Kemunculan-kemunculan penampakan hantu pun tidak bisa ditebak kehadirannya. Tentunya hal itu bisa membuat jantung Anda kian berdebar kencang karena merasa terkejut dan takut karena kemunculan hantu-hantu menyeramkan. Dengan durasi 105 menit menyaksikan Insidious 2, Anda akan merasakan juga teror hantu yang menakutkan yang muncul secara tiba-tiba dihadapan kalian. Tingkat ketegangan memang sangat tinggi, namun adegan yang mengharukan juga ditampilkan dengan cara yang cerdas. Aksi konyol Tim Pemburu Hantu, Tucker (Angus Sampson) dan Spechs (Leigh Whannell) juga mampu mencairkan suasana tegang dan memancing tawa.

Bagi yang belum pernah menonton film Insidious pertama, Anda tak perlu khawatir tidak bisa memahami Insidious 2, karena di film tersebut ditampilkan kejadian dari peristiwa sebelumnya. Secara keseluruhan film Insidious 2 benar-benar menawarkan unsur horor yang mumpuni dan sangat menegangkan. Khusus bagi para pecinta film horor, film arahan sutradara James Wan ini tentunya tidak boleh terlewatkan Mampukah Dalton menyelamatkan Ayahnya dari dunia astral? Bebaskah mereka dari teror hantu-hantu mengerikan? Temukan jawabannya dengan menyaksikan Insidious 2 di Cinema 21 mulai 24 September 2013.

Malavita: Kehidupan Baru yang Penuh Resiko


Mungkin benar bila latar belakang keluarga adalah salah satu faktor terbesar penentu jati diri Anda. Meski demikian, apapun latar tersebut, entah baik atau buruk, tetaplah saling berpeluk erat dan saling dukung satu sama lain. Setidaknya itulah yang dapat dipetik dari Malavita. Bermula ketika seorang bos mafia asal Italia, Giovanni Manzoni (Robert De Niro) dan keluarganya harus mengungsi ke Normandia, sebuah kota kecil di Perancis. Bukan tanpa alasan hal itu terjadi. Pasalnya, Giovanni sedang dalam program perlindungan saksi pasca dirinya mengadukan kelompok mafianya tersebut kepada CIA. Kepindahan Manzoni ke Normandia dapat dikatakan sebagai upaya untuk memulai hidup baru, dan ucapan terimakasih dari CIA karena telah membocorkan tentang kelompok mafia yang dulu diketuainya itu. Demi menjaga keselamatan keluarga Manzoni, CIA pun mengganti identitas mereka semua. Sang istri, Maggie (Michelle Pfeiffer), Belle (Dianna Agron) anak perempuannya, dan Warren (John D'Leo) anak laki-lakinya, menjadi objek pengawasan utama dari agen CIA terbaik (Tommy Lee Jones) yang telah dipercaya untuk melindungi dan menghindari keluarga tersebut dari 'kekacauan'.

Namun tetap tak bisa dipungkiri, keempat anggota keluarga kecil ini selalu terlibat masalah. Atau mungkin justru menjadi penyulut masalah karena cara mereka yang sangat 'ramah' dalam bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Hingga hal yang tidak mereka inginkan pun terjadi. Keberadaannya di Normandia mulai tersorot hingga terdengar oleh salah seorang mantan kroninya. Film persembahan rumah produksi EuropaCorp dari Perancis ini benar-benar menawarkan kisah yang menarik. Selain karena terlibatnya bintang-bintang kelas wahid seperti Robert De Niro dan Tommy Lee Jones, kehadiran Luc Besson sebagai sutradara sekaligus penulis juga menjadi perhitungan lainnya.

Dengan durasi pemutaran selama 110 menit, Malavita menyajikan kemasan yang sesuai dengan porsinya. Tingkat ketegangan, humor, dan drama dibalut dengan sangat indah hingga tak nampak berlebihan. Selain itu, Besson juga memilih cara unik dalam pengemasannya. Malavita memiliki banyak inti cerita yang justru terkandung dalam kutipan-kutipan dialog dari para pemain, bukan dengan penampilan dari adegannya. Adapun keunikan lain dari Malavita adalah aksen/ logat bicara yang konsisten sedari detik pertama hingga credit title muncul. Jika Anda menggemari film dengan nuansa sedikit berbeda, maka Malavita adalah pilihannya. Meski tidak menampilkan sudut keindahan dari negara Perancis, namun Malavita memiliki kisah keluarga dan petualangan yang sangat sayang bila dilewatkan. Jangan lupa saksikan Malavita yang akan segera tayang di Cinema 21 pada 20 September 2013.

2 Guns: Kolaborasi Diluar Batas Agen Rahasia


Jika Anda berprofesi sebagai seorang agen rahasia, mungkin Anda tahu betapa sulitnya menaruh kepercayaan pada orang lain selain diri Anda sendiri. Tetapi setidaknya, dalam 2 Guns, duo jagoan dari beda lisensi ini mampu bersatu dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Seorang agen DEA, Robert 'Bobby' Trench (Denzel Washington), dan seorang Perwira Angkatan Laut, Marcus Stigman (Mark Wahlberg) sedang melakukan penyamaran guna menyelidiki kasus pencurian uang dan perdagangan narkoba yang dilakukan para mafia. Lucunya, kedua jagoan ini tak saling tahu latar belakang masing-masing. Keduanya juga tak pernah saling percaya satu sama lain, meski terlihat akur. Dengan tujuan masing-masing, dan berdasarkan perintah dari masing-masing atasan, mereka hanya menjalankan tugas mereka. Hingga suatu ketika keduanya mulai mencurigai satu sama lain, dan akhirnya terbongkar. Saat itulah mereka berpisah dan beraksi sendiri. Naasnya, baik Bobby maupun Stig ternyata hanyalah kacung daripada atasan-atasan mereka. Rencana yang mereka buat semakin kacau dan diluar kendali. Akhirnya keduanya pun tak memiliki pilihan lain untuk bersatu dan bersama-sama mencari jalan keluar dari kasus yang melibatkan banyak pihak tersebut. 2 Guns, sebagai persembahan dari Boom Entertainment akan segera hadir menghiasi layar lebar Cinema 21. Film laga dengan sentuhan komedi ini menyuguhkan aktor kawakan Denzel Washington, dan Mark Wahlberg secara berdampingan. Dua aktor beda angkatan ini nampak begitu kompak dan harmonis dalam menyabet lakon mereka masing-masing.

Meski dikategorikan sebagai film laga, namun Blake Masters selaku penulis skenario dan Baltasar Kormakur sebagai sutradara memilih untuk tidak meninggalkan keutuhan ceritanya. 2 Guns yang digarap berdasarkan novel grafis Boom! Studios karya Steven Grant ini tetap mengedepankan makna, dan tidak semata-mata efek-efek pertempuran belaka.

Tayang selama 109 menit dirasa sangat pas untuk menyaksikan dan merasakan ketegangan yang disodorkan oleh 2 Guns. Tenang saja, Anda tidak akan dibuat terlalu ngos-ngosan karena ketegangan yang tiada henti, namun sisipan humor dibeberapa adegan akan meleburkan ketegangan Anda dan membuat Anda lebih menikmati kelangsungan film 2 Guns. Boleh dibilang, film yang berlokasi syuting di Louisiana, AS ini patut dipertimbangkan untuk menjadi pilihan Anda berkunjung ke Cinema 21. Perlu diketahui pula, dengan estimasi anggaran produksi sebesar 61 juta dollar, sampai saat ini, 2 Guns telah meraup 83 juta dollar dari seluruh pemutarannya di penjuru dunia. Angka tersebut diperkirakan masih akan terus bergulir, mengingat 2 Guns baru akan tayang di Cinema 21 tertanggal 18 September 2013.

Kick-Ass 2: Keputusan Sulit sang Superhero


Sejak Dave Lizewski (Aaron Taylor-Johnson) eksis sebagai Kick-Ass, banyak orang yang mulai meniru tindakan positifnya dengan ikut menjadi 'superhero' bertopeng demi menegakkan keadilan. Namun pada kenyataannya Dave malah bermalas-malasan karena merasa sudah banyak yang aktif melanjutkan tugasnya. Adalah Mindy Macready (Chloë Grace Moretz) alias Hit Girl yang membantu semangat Dave sekaligus melatihnya agar lebih kuat lagi. Namun pada saat Dave mulai aktif dan bersemangat berpatroli sebagai Kick-Ass, Mindy justru mundur menjadi Hit Girl. Kegalauan pun mulai melanda Dave, meskipun pada akhirnya ia menemukan sahabat superhero baru seperti Dr. Gravity (Donald Faison), Insect Man (Robert Emms), Night Bitch (Lindy Booth) dan Colonel Stars (Jim Carrey). Mereka membentuk kelompok Justice Forever untuk saling bahu-membahu memberantas kejahatan.

Masalah mulai muncul ketika seseorang bernama Chris D'Amico (Christopher Mintz-Plasse) terobsesi untuk membunuh Kick-Ass. Ia pun mengganti namanya dan ikut mengunakan kostum 'khas' penjahat kelas dunia bernama The Motherfucker. Dengan kekuatan 'super' yang dimiliki The Motherfucker, ia pun dengan mudah merekrut penjahat-penjahat lain yang ingin memusnahkan kelompok superhero seperti Kick-Ass dan Justice Forever. Sukses dengan film sebelumnya di tahun 2010, kini film Kick-Ass kembali hadir dengan kemasan yang lebih seru, lebih lucu dan lebih menarik. Masih mengangkat tema superhero yang sebenarnya tidak memiliki kekuatan spesial, Kick-Ass 2 tetap mampu menyajikan hiburan yang 'mengikat' pandangan Anda ke layar bioskop lewat kisah dan adegan-adegan yang mumpuni. Kick-Ass 2 menawarkan kisah yang lebih luas dari sebelumnya karena melibatkan banyak 'superhero' dan penjahat didalamnya. Selain itu, cerita yang ditawarkan juga lebih emosional dan mendalam tentang kegalauan 'superhero' yang dihadapkan dengan 2 pilihan penting dalam hidupnya. Sesuai dengan judulnya, film ini benar-benar menyajikan unsur action yang sangat dahsyat dan sesekali akan membuat Anda ikut merasakan ngilu dengan adegan laga yang ditampilkan. Tentunya hal itu juga dibalut dengan tambahan komedi yang pas pada tempatnya, sehingga Anda akan sering tertawa saat menonton Kick-Ass 2 dari awal sampai akhir film.

Secara keseluruhan, Kick-Ass 2 merupakan sebuah film dengan paket tontonan yang lengkap karena didalamnya terkandung unsur drama, action dan komedi yang tidak saling tumpang tindih. Disinilah kualitas sang sutradara Jeff Wadlow, patut diacungi jempol karena mampu menaruh bagian-bagian yang sesuai dengan kebutuhan film. Hal serupa juga ditunjukkan para aktor yang terlibat di Kick-Ass 2, Anda akan dibuat jatuh hati dengan karakter yang mereka lakoni baik itu dari sosok superhero maupun penjahatnya. Bagi Anda yang ingin menonton Kick-Ass 2 tapi belum menonton film sebelumnya, Anda tidak perlu khawatir karena layar lebar tersebut masih bisa dinikmati karena banyak penjelasan yang terkandung didalamnya. Apakah yang menjadi kegalauan sang superhero? Mampukah ia memilih keputusan yang tepat dan melawan kelompok The Motherfucker? Temukan jawabannya dengan menonton Kick-Ass 2 yang mulai tayang di Cinema 21 mulai 11 September 2013.

Arbitrage: Dibalik Kehidupan Harmonis Seorang Pebisnis


Bagi Anda yang penasaran dengan bagaimana hiruk pikuk kehidupan seorang pebisnis ulung Amerika Serikat, sutradara Nicholas Jarecki telah merangkumkannya untuk Anda dalam film Arbitrage, dan bagaimana pengemasan tersebut dieksekusikan secara apik. Sebuah perusahaan bisnis berkelas, keluarga yang harmonis, istri yang cantik dan putri yang pintar nampaknya sudah cukup sempurna jika dimiliki oleh seseorang. Adalah Robert Miller (Richard Gere), yang menjadi pria beruntung tersebut. Saat perayaan ulang tahunnya yang ke-60, Robert pun menyelenggarakannya dengan sederhana dan penuh makna di kediaman mewahnya bersama keluarga tercinta. Pada umumnya, pebisnis ulung seperti dirinya merupakan orang dengan segudang aktifitas. Kesehariannya disibukkan dengan pertemuan-pertemuan bersama orang-orang besar lainnya dan membicarakan sejumlah peluang bisnis, juga angka-angka melangit.

Diluar itu semua, Robert pun memiliki kehidupan gelap dengan seorang wanita yang sedang meniti karirnya di dunia seni, Julie Cote (Laetitia Casta). Disewakannya apartemen untuk Julie tinggal, juga dibantunya Julie dalam melangsungkan pameran dari galeri yang dimilikinya. Sayangnya, Julie selalu menjadi prioritas kedua untuk Robert. Hingga suatu ketika, demi membahagiakan sang kekasih gelap, Robert pun mengajaknya untuk pergi berlibur. Hanya berdua, Robert dan Julie. Ia menyelinap keluar dari rumahnya lewat dari tengah malam dan pergi menemui Julie. Wacana keberangkatan mereka untuk bepergian berdua nampaknya tidak berlangsung mulus. Pasalnya, mobil yang dikendarai Robert justru mengalami tabrakan dan lebih naas lagi, Julie pun meninggal. Lepas dari kejadian tersebut, satu per satu kemalangan dan kesulitan menimpa kehidupan Robert. Apakah Robert akan menjadi tersangka dari kasus kematian Julie? Lantas bagaimana dengan perusahaan kokoh yang tengah dibangunnya susah payah? Arbitrage merupakan kisah drama yang disisipi misteri-misteri kehidupan pada umumnya. Mungkin sebagian dari Anda pernah mengalami hal serupa, bagaimana ketika sebuah manipulatif menyelubungi seluruh hari-hari Anda. Meski tak ada unsur misteri yang kental, namun Arbitrage cukup memperhitungkan esensi dari ceritanya sendiri. Anda akan diperlihatkan bagaimana upaya seorang Ayah demi bertanggung jawab atas keluarganya, bisnisnya, dan insiden yang tidak ia dambakan.

Dibawah produksi Green Room Films dan Treehouse Pictures, Arbitrage memang lebih menyokong dan berfokus pada tokoh Robert Miller sendiri. Kendati demikian, hal tersebut tidak akan menjemukan. Sang sutradara dengan sukses akan selalu membuat Anda penasaran dengan bagaimana kelangsungan kisah ini, dan bagaimana akhirnya. Adapun tak hanya Richard Gere, sejumlah bintang hebat juga turut mendukung Arbitrage, seperti Susan Sarandon, Tim Roth, Brit Marling, dan Nate Parker. Dengan durasi pemutaran selama 107 menit, Arbitrage menawarkan kisah dengan akhir yang tak akan Anda duga. Perlu diingatkan, Arbitrage bukanlah film misteri. Memang misteri menjadi esensi dalam kisahnya, namun bukan suatu hal yang mengharuskan Anda untuk berpikir saat menyaksikan film ini.

Planes: Ketika Pesawat Ladang Menjadi Pembalap Hebat


Dusty (Dane Cook) mulai bosan dengan rutinitasnya sebagai pesawat penyemprot ladang pemembasmi hama. Dusty bermimpi suatu saat nanti dia akan menjadi pembalap yang hebat. Dia bertekad untuk menaklukan angkasa dan terbang tinggi. Dusty pun akhirnya mendapat kesempatan untuk mengikuti kejuaraan balapan terbesar. Namun sebagai pesawat terbang, ternyata Dusty adalah pesawat yang takut akan ketinggian. Untuk mengatasi hal tersebut, Dusty mendapat bantuan dari mentornya Skipper (Stacy Keach) dan sejumlah teman-teman baru untuk mewujudkan impiannya itu.

Dalam perlombaan tersebut, Dusty mendapat banyak petualangan baru. Dusty yang takut ketinggian mencoba untuk terbang rendah dan menghadapi banyak rintangan. Dia melewati lautan, gunung es dan gurun dengan kecerdikannya. Walau telah berlatih keras, usaha Dusty untuk menjadi pembalap ternyata masih saja sulit. Film yang disutradarai Klay Hall ini menawarkan cerita yang sangat ringan. Kisah yang ditampilkan sangat menghibur dan pesan-pesan moral yang baik dan patut ditiru anak-anak pun sangat beragam. Meski begitu, film ini layak disaksikan berbagai usia. Kepercayaan diri, pantang menyerah dan perjuangan untuk menjadi yang terhebat, dapat menjadi pelajaran yang bisa dipetik anak-anak setelah menonton film ini. Walt Disney Picture juga menyajikan kualitas gambar yang sangat berwarna dan hidup sehingga mewakili jiwa anak-anak yang aktif dan bersemangat.

Secara keseluruhan, film berdurasi 92 menit ini dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mengisi waktu liburan bersama. Cerita yang ringan dan inspiratif bisa menjadi paket lengkap antara hiburan dan pendidikan untuk anak-anak. Film Planes semakin seru karena bisa disaksikan secara 3D. Sehingga film ini dapat dinikmati secara maksimal dan kalian seakan-akan merasakan petualangan bersama Dusty, Si pembalap hebat! Mampukah Dusty menjadi pembalap hebat? temukan jawabannya dengan menonton film Planes yang sudah mulai tayang di Cinema 21 mulai hari ini.

The Internship: Usaha Keras untuk Bergabung dengan Google


Dua sahabat yang sama-sama berprofesi sebagai sales yaitu Billy McMahon (Vince Vaughn) dan Nick Campbell (Owen Wilson), terpaksa harus mencari pekerjaan lain karena perusahaan tempat mereka bekerja telah tutup. Atasan mereka menganggap, perkembangan tekhnologi membuat tenaga sales 'jalanan' sudah tidak terpakai lagi meskipun keduanya memiliki prestasi yang sangat bagus. Sejak keduanya menganggur, kehidupan mereka pun kian suram. Billy mulai bertengkar dengan pasangannya dan Nick bingung tentang masa depannya yang stagnan. Meskipun Nick bisa menyambung hidup dengan bekerja sebagai sales ranjang, tapi ia merasa tidak nyaman dengan perlakuan seniornya. Ketidaknyamanan Nick seakan sirna setelah Billy datang dengan ide untuk melamar di perusahaan Google. Mereka mengawalinya dengan proses magang dan berkompetisi dengan kelompok magang yang lain. Karena Billy dan Nick kurang paham dengan dunia digital, maka proses untuk bergabung dengan perusahaan Google tidak semudah yang mereka bayangkan. Keduanya harus berhadapan dengan anak muda yang kreatif, pintar dan paham dengan dunia internet. Bergabung dengan perusahaan besar merupakan impian semua orang agar bisa hidup mapan. Itulah yang coba diangkat di film ini, dan tentunya Anda akan melihat bagaimana uniknya kantor Google serta fasilitas-fasilitas yang terdapat didalamnya.

Inti dari film ini sebenarnya ingin menggambarkan kalau pola hidup di masa lampau belum tentu tak relefan di jaman modern seperti sekarang. Tidak semua kenikmatan hidup bisa didapat dengan bantuan peralatan elektronik dan jaringan internet. Semuanya tetap bisa berkolaborasi dengan apik tanpa harus saling 'membunuh'. Secara keseluruhan, film The Internship sangatlah menarik karena mengangkat tema tentang semangat hidup ditengah persaingan yang kian ketat.

Selain itu, film ini bisa memberikan gambaran dengan sangat detail tentang cara kerja dan suasana kerja di perusahaan raksasa, Google. Mengenai kualitas akting, dua aktor papan atas Owen Wilson dan Vince Vaughn sudah tidak perlu diragukan lagi. Keduanya mampu berduet dengan sangat apik dan natural serta membuat kisah dari film The Internship menjadi lebih hidup. Mampukah Billy dan Nick bergabung dengan Google meskipun memiliki banyak keterbatasan? seperti apa suasana di kantor Google sebenarnya? temukan jawabannya dengan menonton film The Internship yang mulai tayang pada hari ini di Cinema 21.

Cinta/Mati: Pertemuan Antara Cinta dan Kematian


Salah satu kesamaan antara Cinta dan Mati adalah ketika keduanya datang, maka tak akan ada pertanda ataupun peringatan. Keduanya merupakan hal pasti dan hal yang tidak pasti. Kendati demikian, Anda tetap tak akan mampu mencegahnya. Begitulah yang coba dijelaskan dalam film Cinta/Mati. Berfokus pada kisah seorang gadis, Acid (Astrid Tiar), yang hendak mengakhiri hidupnya pasca mendapati kenyataan pahit sebelum hari pernikahannya. Tak kuasa menahan pilu yang sangat menyiksa, Acid pun membulatkan tekadnya untuk bunuh diri. Malam itu, ditengah peluncuran aksi mengerikan tersebut, Acid pun bertemu dengan seorang pria slengean, Jaya (Vino G. Bastian). Pertemuan aneh dan misterius itu bukan selintas saja, namun justru berlangsung sepanjang malam. Acid meminta bantuan Jaya untuk membantunya bunuh diri. Dengan sebuah perjanjian, Jaya pun setuju untuk membantu Acid bunuh diri. Anehnya, berbagai percobaan bunuh diri yang direncanakan Jaya untuk Acid tak ada yang berhasil. Setiap kegagalan dari aksi tersebut membawa keduanya menjadi semakin mengenal satu sama lain, bahkan dalam hitungan jam.

Keadaan menjadi semakin seru ketika Acid mengetahui bila Jaya sesungguhnya juga sedang mencoba mencari cara untuk bunuh diri. Namun tentunya, dengan alasan yang berbeda dari Acid. Lantas kemanakah takdir membawa keduanya? Apakah cinta? Ataukah mati? Siapa bilang kalau sebuah film gerilya, yakni sebuah film dengan biaya produksi yang minim, tidak bisa menjadi media tontonan yang menghibur? Segenap tim produksi Cinta/Mati membuktikannya. Meski dengan anggaran produksi yang terbatas, film Cinta/Mati tetap sukses diproduksi hingga tuntas hingga bisa dinikmari masyarakat luas. Jam terbang Vino sebagai seorang aktor juga menjadi alasan yang turut memperkuat karakter film drama komedi ini. Kendati komedi yang diangkat adalah black comedy, hal tersebut tak menghilangkan nilai-nilai normatif yang coba ditanamkan lewat penyampaian yang sedikit ekstrim. Berdurasi selama 90 menit, Cinta/Mati dibawah arahan sutradara Bangsal 13 (2004), Ody C. Harahap, selalu menghibur disetiap adegannya. Pertengkaran-pertengkaran kecil antara Jaya dan Acid diyakini bisa mengocok perut Anda hingga berkali-kali.

Tak hanya itu, yang perlu diacungi jempol lagi adalah tim produksi film Cinta/Mati yang sudah merampungkan proses syuting sejak 2 tahun lalu. Film Cinta/Mati yang sempat terkatung-katung ini tetap bersemangat untuk membawa filmnya menjadi tontonan yang berkesan. Dengan sokongan dan dukungan penuh dari BSI dan Shooting Star, kini Cinta/Mati sudah siap untuk dirilis perdana di Cinema 21 tanggal 29 Agustus 2013.

The Mortal Instruments City of Bones: Terbongkarnya Rahasia Besar Mengejutkan


Sebuah film fiksi petualangan terbaru yang diangkat dari novel seri The Mortal Instruments karya Cassandra Clare, siap menjadi pilihan terbaik Anda yang sudah memiliki rencana untuk mampir ke bioskop. The Mortal Instruments: City of Bones menghadirkan banyak wajah segar dari para bintang muda berbakat dan tentunya tidak kalah berkualitas dengan para aktor senior. Kehidupan Clary Fray (Lily Collins) nampaknya berlangsung normal-normal saja. Sama seperti remaja pada umumnya. Ia hidup bersama sang ibu, Jocelyn Fray (Lena Headey), dan seorang cenayang aneh yang tinggal di rumahnya, Madame Dorothea (C.C.H.Pounder). Kehadiran Luke Garroway (Aidan Turner), sahabat ibunya pun membuat Clary merasa memiliki seorang paman. Ditambah lagi Simon Lewis (Robert Sheehan), sang sahabat yang selalu setia menemani Clary. Kehidupan yang nampak normal tersebut kemudian berubah sejak Clary tanpa sadar 'diperkenalkan' terhadap suatu simbol di kepalanya. Simbol tersebut membawa Clary menuju klub malam, tentunya bersama Simon. Di sana, Clary menyaksikan insiden pembunuhan mengerikan. Anehnya, dari semua orang yang berada di klub tersebut, hanya Clary lah yang dapat melihat kejadian tersebut. Tidak juga dengan Simon.

Bersamaan dengan itu, Jocelyn pun diserang oleh antek-antek dari Valentine Morgenstern (Jonathan Rhys Meyers), yang mencoba untuk menemukan sebuah benda bernama Mortal Cup. Benda tersebut dipercaya memiliki kekuatan yang sangat hebat dan mematikan. Selain itu, Jocelyn ternyata merupakan seorang Shadowhunter, yang sekaligus menjelaskan bila Clary bukanlah keturunan manusia normal biasa. Hanya Jocelyn lah yang tahu dimana Mortal Cup tersebut berada. Pelaku pembunuhan di klub, Jace Wayland (Jamie Campbell Bower) pun menjadi orang pertama yang menjelaskan pada Clary tentang hal-hal aneh yang ia alami. Sementara itu, Clary dihadapkan pada situasi dimana ia seorang diri harus mencari dimana keberadaan ibunya, dan siapa sebenarnya dirinya. Bersama dengan Jace, juga Simon, Clary pun 'masuk' ke dunia yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

The Mortal Instruments: City of Bones persembahan Constantin Film Production dan Sony Pictures Worldwide kiranya akan menjadi pilihan menarik bagi Anda. Film yang digarap oleh Harald Zwart ini memiliki nilai lebih dari versi novelnya, dimana hal tersebut terlihat dari pengemasan kisah fiksi yang sangat menarik. Bila Anda pembaca novelnya, perwujudan imajinasi Anda akan dibuat sangat nyata dalam visual The Mortal Instruments: City of Bones. Keindahan visual yang sangat memanjakan mata tersebut juga didukung oleh penyegaran wajah baru seperti, Lily Collins, Robert Sheehan, dan Jamie Campbell Bower, yang berperan sangat luar biasa. The Mortal Instruments: City of Bones juga memiliki alur cerita yang ringan namun tak terduga. Film yang berlokasi syuting di Kanada dan Amerika Serikat ini pun telah disebut-sebut akan merilis sekuelnya pada 2014 mendatang.4

One Direction This Is Us: Bukan Sebatas Dokumenter Tur Keliling Dunia


Kesuksesan grup vokal asal Inggris yang terbentuk pada tahun 2010, One Direction, memang sudah terdengar hampir di seluruh belahan dunia. Berangkat dari ide untuk membuat para penggemarnya senang, dengan menyaksikan konser tur dunia mereka, One Direction pun mendokumentasikan perjalanan turnya dalam sebuah film dokumenter berjudul One Direction: This Is Us. Seperti film dokumenter pada umumnya, One Direction: This Is Us juga menyorot kehidupan masing-masing personil grup One Direction, Liam Payne, Zayn Malik, Niall Horan, Harry Styles, dan Louis Tomlinson. Film ini berkisah tentang bagaimana persiapan mereka menjelang perjalanan konser tur dunia selama 10 bulan lamanya. Sebelum itu, awal pertemuan dan terbentuknya grup ini di ajang pencarian bakat di Inggris, X-Factor pun akan diperlihatkan di film ini. Kota demi kota, negara demi negara mereka singgahi satu per satu. London, Antwerp, Amsterdam, Oslo, Stockholm, Mexico, Tokyo, dan masih banyak lagi. Bagaimana mereka berlatih pra pertunjukan, check sound, persiapan lainnya, akan lengkap disajikan dalam One Direction: This Is Us.

Tak hanya itu, Anda pun akan diperlihatkan keseharian dan kegiatan masing-masing personil dikala senggang, seperti rekaman lagu terbaru mereka, ataupun aktifitas diluar musik lainnya. Yang mengejutkan lagi, bantuan dana dari One Direction untuk para kaum kurang mampu di seluruh dunia pun akan dipertontonkan secara indah. Bagaimana para personil yang sudah sangat terkenal ini mampu bersenda gurau tanpa batasan dengan anak-anak kurang mampu. One Direction: This Is Us yang dipersembahkan oleh Fulwell 73 dan Syco Entertainment ini berdurasi 92 menit. Di dalamnya terdapat beberapa lagu yang mereka nyanyikan di tur keliling dunia. Sebagai debutnya, Morgan Spurlock lah yang berwenang dibalik kursi sutradara untuk kelima anak laki-laki bersuara emas ini. Karena One Direction: This Is Us merupakan film dokumenter, tentunya tidak ada penulis skenario yang terlibat. Seluruh adegan dalam film ini murni merupakan kegiatan dan jadwal grup One Direction, tanpa ada satupun yang direkayasa.

Bagi Anda penggemar One Direction, pastinya akan sangat disayangkan bila tidak menyaksikan One Direction: This Is Us. Banyak sekali adegan-adegan yang akan jarang Anda lihat di media-media, dan hanya terdapat di film One Direction: This Is Us. Jika One Direction: This Is Us mampu menjawab rasa penasaran para penggemarnya, akankah mereka menggarap film dokumenter keduanya? Tetapi sebelum itu, baiknya Anda saksikan dulu One Direction: This Is Us, yang sudah rilis di Cinema 21 mulai hari ini. Dan perlu diketahui, One Direction: This Is Us akan hadir dalam format 3D untuk menambah keseruan Anda selama menyaksikan aksi dari lima pemuda tampan ini. Ayo tonton konser tur dunia idola Anda!

Percy Jackson Sea of Monsters: Aksi Putra Poseidon di Lautan Monster


Boleh jadi film tentang kisah dewa-dewa di mitologi Yunani merupakan salah satu pilihan menarik untuk sebuah hiburan lewat media audio visual. Setelah cukup 'megang' lewat debutnya yang bertajuk Percy Jackson & the Olympians: The Lightning Thief (2010), kini sekuelnya yang dipersembahkan oleh Fox 2000 Pictures akan segera hadir. Adalah Percy Jackson: Sea of Monsters, dimana Percy Jackson (Logan Lerman) selaku anak dari Dewa Laut, Poseidon, akan kembali bertualang bersama teman-temannya, Annabeth Chase (Alexandra Daddario) dan Grover Underwood (Brandon T. Jackson).

Bermula ketika pohon Thalia, sebagai benteng pertahanan half-blood camp, telah diracuni. Hal tersebut menyebabkan para manusia setengah dewa yang tinggal di dalam camp lebih riskan terancam bahaya dari makhluk-makhluk mengerikan lainnya di hutan. Guna mengembalikan pohon Thalia seperti sediakala, Percy harus mendapatkan Golden Fleece. Sebuah bulu domba emas yang bisa mengobati bahkan menghidupkan kembali hewan, tanaman, juga manusia yang sudah mati. Namun tentunya tidak mudah, Golden Fleece terdapat di sebuah pulau bernama Polyphemus yang terletak di Lautan Monster, yang akrab dikenal manusia dengan Segitiga Bermuda. Sebagai putra dari Poseidon, hiruk-pikuk perjalanan Percy bertambah seru dan menegangkan dengan kehadiran saudara laki-lakinya, Tyson (Douglas Smith), yang merupakan kelompok Cyclops. Ketegangan bertambah epik ketika putri dari Dewa Perang, Ares, bernama Clarisse (Leven Rambin) diberi mandat untuk memimpin pencarian Golden Fleece tersebut. Adanya pembelot yang bermaksud jahat juga menjadikan perjalanan Percy semakin berliku. Mampukah Percy dan teman-temannya mendapatkan Golden Fleece dan menyelamatkan pohon Thalia?

Diangkat berdasarkan novel laris karya Rick Riordan, Percy Jackson: Sea of Monsters menawarkan ketegangan serupa seperti film sebelumnya. Hanya saja dalam filmnya kali ini, sang sutradara, Thor Freudenthal, mengenalkan lebih banyak lagi karakter-karakter unik dalam mitologi Yunani. Tema fiksi petualangan yang diusung membuat Percy Jackson: Sea of Monsters sangat pas untuk disaksikan oleh segala usia. Nampaknya angkat topi pun perlu dilakukan untuk para tim produksi Percy Jackson: Sea of Monsters, khususnya tim visual efek yang sangat memanjakan mata. Tak hanya itu, penyegaran pun ditawarkan oleh film berdurasi 106 menit ini lewat sejumlah pemeran baru. Kehadiran Mr. Brunner/ Chiron yang di film sebelumnya diperankan oleh Pierce Brosnan, kini digantikan oleh Anthony Head. Sama halnya dengan Dylan Neal selaku pemeran Hermes, kini diperankan oleh Nathan Fillion. Percy Jackson: Sea of Monsters yang diskenariokan oleh Craig Titley, juga akan hadir lewat format 3D untuk menambah petualangan seru Anda di bioskop.

Elysium: Ketika Bumi Sudah Tidak Layak untuk Dihuni


Ketika bumi penuh dengan berbagai penyakit akibat polusi yang sudah melewati batas, umat manusia akhirnya membuat tempat tinggal baru yang lebih modern dan tentunya lebih sehat untuk ditinggali. Nama tempat itu adalah Elysium, dimana didalamnya terdapat berbagai fasilitas yang nyaman, aman dan menyehatkan. Tapi sayangnya hanya manusia-manusia tertentu saja yang bisa tinggal disana. Elysium merupakan tempat tinggal 'mumpuni' yang dipenuhi oleh orang-orang kaya, sedangkan bagi kaum proletar, mereka hanya bisa bermimpi dan berharap suatu saat nanti bisa tinggal di Elysium. Max (Matt Damon) adalah salah seorang yang memiliki harapan besar itu. Max bertekad untuk pergi ke Elysium, demi menyembuhkan penyakitnya setelah mengelami kecelakaan di lingkungan kerjanya. Di Elysium terdapat alat yang canggih yang bisa mengobati semua penyakit, bahkan bisa membuat manusia awet muda.

Usaha Max untuk pergi ke Elysium tidaklah mudah, ia harus bekerja ekstra keras dan berkorban demi melanjutkan kehidupannya meskipun cara yang ia tempuh itu ilegal. Adalah Spider (Wagner Moura) yang membuka harapan Max untuk bisa pergi Elysium walau 'harga' yang harus ia bayar sangatlah mahal. Elysium benar-benar menawarkan kisah yang realistis. Seperti kita ketahui, permasalahan iklim akibat pengaruh polusi yang diproduksi oleh umat manusia masih menjadi isu utama di dunia. Maka tak tertutup kemungkinan penggambaran yang ditampilkan di film Elysium bisa saja menjadi kenyataan di kemudian hari. Oleh sebab itulah film ini sangat mudah dipahami dan langsung mencuri perhatian kita sesaat Elysium baru dimulai. Disana akan diperlihatkan bagaimana kehidupan umat manusia di bumi pada akhir abad 21 dan tahun 2154 yang penuh dengan penyakit dan polusi. Selain realistis, film Elysium juga menawarkan kisah yang lebih luas dan bukan sebatas perjuangan Max untuk menuju tempat impiannya. Di dalamnya terdapat cerita tentang persahabatan Max dengan teman kecilnya, persaingan politik dan rasa kemanusiaan. Karena film ini menggambarkan kondisi di masa yang akan datang, sudah tentu alat-alat dan kendaraan yang ditampilkan jauh lebih modern dan canggih. Hal itu ditampilkan lewat prajurit robot produksi Armadyne, pesawat terbang lintas angkasa, senjata dan perkakas komputer yang mumpuni. Kualitas visual efek dan pemain yang dilibatkan di Elysium menjadi andalan utama untuk film ini. Efek yang disajikan sutradara Neill Blomkamp sangatlah tidak berlebihan dan natural di setiap scenenya, ditambah lagi dengan performa artis-artis papan atas di dalamnya seperti Matt Damon, Jodie Foster, William Fichtner, Alice Braga serta Sharlto Copley yang membuat kisah film ini menjadi lebih hidup.

Secara keseluruhan, film Elysium sangat dianjurkan untuk ditonton terlebih lagi bagi mereka yang sangat menyukai genre action sci-fi dan penggemar berat Matt Damon serta Jodie Foster. Bagaimanakah cara Max menuju Elysium? berhasilkah dia mengobati penyakitnya disana? temukan jawabannya dengan menonton Elysium yang sudah bisa dinikmati dalam format IMAX di Cinema 21 mulai hari ini.

Pacific Rim: Pertempuran Seru Antara Robot dan Monster Raksasa


Ketika manusia berusaha mencari tahu tentang keberadaan mahluk lain selain di bumi, tanpa disadari di kedalaman laut planet ini terdapat 'lubang terobosan' yang melahirkan monster-monster raksasa bernama Kaiju. Mahluk mengerikan itu membantai semua umat manusia tanpa basa-basi demi mengembangkan populasi mereka di bumi. Melihat petaka global ini, seluruh negara di dunia bergabung dan mencoba melawan Kaiju dengan membuat pasukan robot raksasa bernama Jaegers. Meskipun Kaiju berhasil dikalahkan, namun Kaiju-Kaiju yang lain terus bermunculan seakan tidak ada habisnya. Di pasukan elit Jaegers, Becket bersaudara yaitu Yancy Becket (Diego Klattenhoff) dan Raleigh Becket (Charlie Hunnam) seakan menjadi selebriti karena memiliki prestasi luar biasa dalam membasmi Kaiju. Lewat kendaraan Jaegers-nya yang bernama Gipsy Danger, mereka menjadi andalan dalam menghambat teror monster Kaiju ke wilayah manusia. Namun pada suatu hari, Becket bersaudara menghadapi Kaiju yang lain dari biasanya, yang membuat ketenaran mereka hilang. Akibat peristiwa itu, pemerintah sadar kalau Kaiju mampu berevolusi dan semakin kuat di setiap kemunculannya. Pemerintah menganggap Jaegers telah gagal dan lebih memilih untuk membangun tembok besar untuk pertahanan. Di sisi lain, Idris Elba (Stacker Pentecost) komandan para pasukan Jaegers tetap yakin bahwa Kaiju bisa dikalahkan oleh mereka.

Jika Anda mencari tontonan action fantasi yang seru, film Pacific Rim adalah pilihan yang sangat tepat karena menonjolkan aksi pertarungan maut antara monster raksasa dengan robot raksasa yang dikendarai oleh dua orang manusia. Jika ada membayangkan monster Kaiju mirip Godzilla atau dinosaurus di film Jurassic Park (1993), maka Anda salah besar. Di film Pacific Rim, monster Kaiju jauh lebih besar, lebih menyeramkan dan tentunya lebih beringas. Sudah tentu kehancuran yang disebabkan oleh teror Kaiju dan pertempuran antara Jaegers dengan Kaiju juga berdampak luas, sehingga dapat dipastikan bisa membuat penonton merasa kagum dengan kemegahan film ini. Karena teror Kaiju menjadi permasalahan global, maka lokasi dari film ini jauh dari kesan sempit. Pacific Rim menampilkan latar belakang di beberapa negara mulai dari Amerika Serikat, Australia, Alaska hingga Hongkong.

Dalam urusan membuat sosok mahluk aneh, sutradara Guillermo Del Toro memang sudah sangat berpengalaman lewat film sebelumnya seperti Mimic (2001) dan Hellboy (2004), tapi di Pacific Rim bisa jadi ini adalah karya monster terbaik Del Toro lewat sosok Kaiju. Selain memiliki tubuh yang sangat besar, jenis Kaiju pun beragam dan punya 'senjata' yang mematikan. Bicara tentang Hellboy, Del Toro juga melibatkan bintang utama dari film tersebut di Pacific Rim sebagai Hannibal Chau. Kali ini dia bukan menjadi pahlawan dalam kegelapan, melainkan berperan sebagai seorang yang sangat unik dan 'akrab' dengan monster Kaiju. Tidak ketinggalan, duet Charlie Hunnam dan Rinko Kikuchi sebagai Mako Mori di film ini begitu padu. Keduanya terlihat sangat prima saat melakukan adegan berat seperti pertarungan satu lawan satu dan pertempuran melawan Kaiju di dalam robot Gipsy Danger. Karena film ini termasuk kedalam genre fantasi, sudah tentu unsur efek gambar Pacific Rim sangatlah penting demi mendukung kualitas ceritanya. Hal ini membuat sosok monster Kaiju dan Jaegers semakin lebih hidup dan tentunya terasa maksimal jika Anda menikmati film ini dengan format 3D ataupun IMAX. Secara keseluruhan, Pacific Rim sangatlah menarik untuk ditonton dan aman dikonsumsi anak-anak. Bagaimanakah cara manusia membasmi Kaiju yang mampu berevolusi setiap kemunculannya? Mampukah para Jaegers bangkit demi kelangsungan hidup umat manusia? temukan jawabannya dengan menonton film Pacific Rim yang mulai tayang pada hari ini, 11 Juli 2013 di Cinema 21.

The Conjuring: Mengungkap Fakta Dibalik Rumah Berhantu


Pasangan suami istri Roger Perron (Ron Livingston) dan Carolyn Perron (Lili Taylor) berserta anak-anaknya yaitu Andrea (Shanley Caswell), Nancy (Hayley McFarland), Christine (Joey King), Cindy (Mackenzie Foy) serta April (Kyla Deaver), baru saja pindah ke rumah ke daerah pedesaan yang asri. Semuanya terlihat sangat antusias karena bisa menikmati suasana baru dan rumah yang lebih besar. Tapi kesenangan yang mereka rasakan tidak berlangsung lama, karena perlahan namun pasti berbagai macam keanehan pun mulai melanda keluarga Perron. Mereka juga menyadari kalau rumah yang baru mereka beli ternyata lebih luas dari yang mereka bayangkan, karena terdapat ruangan bawah tanah yang tersembunyi berisikan benda-benda antik milik keluarga sebelumnya yang tinggal di rumah tersebut. Sejak penemuan ruangan itulah teror yang dihadapi oleh keluarga Perron semakin 'ekstrim'.


Merasa tidak nyaman dengan gangguan yang mereka alami, Carolyn akhirnya berkonsultasi dengan pasangan paranormal Ed Warren (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga). Tanpa basa- basi, keduanya pun mencoba melakukan penyelidikan di kediaman keluarga Perron dan menarik kesimpulan kalau yang mereka hadapi adalah sosok iblis yang sangat kuat. The Conjuring merupakan film arahan sutradara yang sangat berpengalaman menggarap layar lebar bergenre horor thriller, James Wan. Banyak film-film horor thriller arahannya meraih kesuksesan seperti Saw (2004), Dead Silence (2007) dan Insidious (2010). Jika bicara mengenai kualitas horor di film The Conjuring Anda tentu tak akan ragu jika melihat film-film karya James sebelumnya. Dan yang lebih menakutkan lagi adalah The Conjuring diadaptasi dari kisah nyata pengalaman pasangan paranormal Ed dan Lorraine Warren . Ini adalah kali pertama James menyutradarai film adaptasi kisah nyata dan menjadi pengalaman perdana juga bagi Ed serta Lorraine, untuk membagi kisah seram yang pernah mereka alami. Yang menarik di film ini adalah, aktifitas mistis yang diduga dilakukan oleh hantu sebisa mungkin dijelaskan secara logika oleh Ed dan Lorraine. Namun keduanya mulai mengakui adanya gangguan iblis setelah mengunjungi rumah keluarga Roger.


Mulai darisinilah film The Conjuring terasa sangat mendebarkan. Bukan hanya penuh dengan 'kejutan' tapi rasa takut yang bakal dirasakan penonton nanti memiliki tempo lamban, sehingga perasaan mencekam dipastikan tertanam lama di pikiran Anda. Sejak itulah teriakan dan histeria penonton diyakini tidak akan terbendung ketika berbagai macam kejutan itu tampak di depan layar. Dengan latar belakang cerita di tahun 1971, karakter Ed dan Lorraine mampu diperankan sangat natural oleh Patrick Wilson dan Vera Farmiga. Metode penyelidikan aktifitas spiritual di film tersebut juga tergolong modern untuk tahun tersebut, karena menggunakan berbagai macam alat elektronik seperti kamera, alat rekam hingga lampu ultraviolet. Dokumentasi seperti ini wajib dilakukan Ed dan Lorraine karena mereka sering memberikan seminar-seminar di kampus mengenai hasil penyelidikan mereka terhadap dunia gaib. Meskipun film ini sangat total dalam menawarkan nuansa horor, namun sutradara James Wan tetap memberikan sedikit humor supaya penonton bisa 'memperlambat' detak jantungnya setelah digempur dengan teror ketakutan secara bertubi-tubi. Di film ini James benar-benar sukses memanfaatkan ruang yang sempit menjadi teror ketakutan yang luas, lantaran hampir semua adegan menakutkan ditampilkan di satu rumah tua milik karakter Roger dan keluarganya. Secara keseluruhan, film The Conjuring sangat direkomendasikan bagi Anda yang haus akan adrenalin dan tentunya pecinta film horor. Bagaimanakah pengalaman Ed dan Lorraine ketika diangkat menjadi sebuah film? Dan apa yang menyebabkan rumah keluarga Roger berhantu? Temukan jawabannya dengan menonton film The Conjuring di Cinema 21.

The Call: Keberanian dan Perjuangan dari Dua Orang Wanita


Marabahaya memang tak dapat dihindari. Namun bukan berarti Anda harus tinggal diam dan tidak melakukan apa-apa saat hal buruk terjadi menimpa Anda atau orang disekitar Anda, karena selalu ada tangan yang akan mengulur bila Anda membutuhkan bantuan. Dalam The Call, begitulah yang tergambar. Bermula ketika seorang operator telepon 911 yang berpengalaman, Jordan Turner (Halle Berry), membuat kesalahan saat mendapati telepon dari seorang gadis bernama Leah Templeton (Evie Thompson). Leah saat itu menelepon karena seorang pria asing berusaha masuk ke rumahnya, dan ia seorang diri di dalam rumah. Bermaksud menyelamatkan, namun Jordan malah secara tidak sengaja membuat kesalahan yang berakibat hilangnya nyawa Leah. Terpukul dengan kejadian tersebut, Jordan pun memutuskan untuk tak lagi duduk sebagai operator 911. Ia berpindah haluan menjadi pengajar bagi para calon karyawan magang di 911. Kematian tragis Leah saat itu terus menghantui Jordan hingga 6 bulan lamanya. Namun pada suatu ketika, saat dihadapkan pada telepon dengan suatu tragedi yang nyaris sama dengan Leah, nurani Jordan pun tergerak dan ia kembali melayani sebagai operator 911. Adalah Casey Welson (Abigail Breslin), seorang gadis belia diseberang telepon yang memohon bantuan dari Jordan. Casey yang saat itu sedang diculik, berada di dalam bagasi mobil dan pencarian terhadap dirinya berlangsung cukup sulit.

Seiring cemasnya penantian untuk menemukan Casey, hati Jordan semakin tergerak ketika mengetahui sebuah kenyataan mengejutkan. Apakah kiranya hal yang mengejutkan tersebut? Akankah Casey mampu diselamatkan, atau akan berakhir sama dengan Leah? Sebuah persembahan hebat dari Troika Pictures siap menggiring Anda untuk menuju ke bioskop Cinema 21. Film bertemakan crime thriller berjudul The Call ini tak lama lagi akan menjadi pilihan menarik bagi Anda. Selain didukung oleh bintang berbakat seperti Halle Berry, Abigail Breslin, Morris Chestnut, Michael Eklund dan David Otunga, The Call juga menawarkan sebuah kisah perjuangan berani yang dialami oleh dua orang wanita. Ia yang berani memperjuangkan hidupnya, dan ia yang berani mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan orang lain. Dibawah arahan sutradara Brad Anderson, The Call memiliki kisah yang mudah untuk ditangkap. Hal ini juga lantaran tidak banyak plot-plot lokasi yang digunakan.

Namun tak perlu khawatir, karena kejenuhan tak akan menghampiri Anda selama 94 menit durasi pemutaran The Call. Penasaran bagaimana aksi dua orang wanita, Halle Berry dan Abigail Berslin dalam menunjukkan keberanian mereka? Jangan lewatkan The Call di Cinema 21.

The Wolverine: Masa Lalu yang Menentukan Takdir Masa Depan

Perjalanan Logan (Hugh Jackman) dalam The Wolverine berlanjut, kali ini dibayangi mimpi buruk yang kelam, Logan mencoba menjalani hidupnya pasca meninggalnya sang terkasih Jean (Famke Janssen).
The Wolverine bermula dari kebaikan Logan di masa lalunya yang membawanya pada sebuah jalan yang akan mengubah takdirnya. Logan yang pernah ditahan oleh tentara Jepang, harus kembali ke negeri Sakura itu untuk menemui teman lamanya Yashida (Hal Yamanouchi) yang tengah sekarat.
Yashida adalah pengusaha besar di Jepang dan juga seorang samurai sejati. Perusahaannya merupakan raksasa di dalam negeri dan disegani di Asia. Menjelang ajal, Yashida meninggalkan sebuah wasiat kepada Logan agar melindungi cucunya Mariko (Tao Okamoto). 
Ancaman datang lewat Yakuza yang ingin membunuh Mariko. Logan yang awalnya tidak ingin ikut campur pun terpaksa membantu keturunan Yashida itu. Tidak mudah bagi Logan untuk menyelamatkan Mariko, pasalnya kekuatannya hilang dan harus bertarung layaknya manusia biasa.




Bagi Anda penggemar Wolverine, kisah terbaru Logan dalam The Wolverine dipastikan akan memuaskan setelah menunggu 4 tahun saat seri pertamanya X-Men Origins: Wolverine (2009) dirilis. Untuk mengikat cerita film, Mark Bomback, Scott Frank dan Christopher McQuarrie yang bertugas sebagai penulis naskah menyambung benang merah pada kisah terakhir X-Men: The Last Stand (2006).
Cerita yang kuat ini dijahit rapih oleh James Mangold selaku sutradara yang kembali membawa aksi liar sang jagoan layaknya binatang buas. Saran bagi Anda, setelah film habis, jangan beranjak dari kursi, pasalnya akan ada sebuah adegan tambahan yang dipastikan akan membuat Anda bertepuk tangan dan akan semakin penasaran dengan kisah lanjutannya.

Aksi liar Hugh Jackman dalam The Wolverine bisa Anda saksikan mulai hari ini 24 Juli 2013 di bioskop.

The Smurfs 2: Misi Penyelamatan Smurfette dari Cengkraman Gargamel



Smurfette (Katy Perry) merasa jenuh karena kerap dihantui dengan mimpi buruk yang selalu dialami saat hari ulang tahunnya. Di mimpi tersebut, ia kembali menjadi mahluk ciptaan penyihir jahat Gargamel (Hank Azaria), yang memiliki sifat nakal dan selalu membuat kekacauan di negeri Smurf. Di tengah perasaan galaunya tersebut, Papa Smurf (Jonathan Winters) mencoba menenangkan Smurfette dan menjelaskan kalau hal itu tidak mungkin terjadi karena itu hanyalah peristiwa di masa lalu yang tak perlu dikenang. Pasca mendengar nasehat dari Papa Smurf, Smurfette pun mulai agak tenang dan mencoba mengalihkan pikiran ke acara hari ulang tahunnya. Tapi para Smurf ternyata memiliki rencana lain, yaitu ingin membuat kejutan kepada Smurfette seakan mereka melupakan hari ulang tahun dari Smurf berambut pirang tersebut. Di sisi lain, penyihir jahat Gargamel menciptakan dua Smurf nakal bernama Vexy (Christina Ricci) dan Hackus (J.B. Smoove) untuk menculik Smurfette demi rencana barunya. Gargamel ingin mengetahui ramuan rahasia Papa Smurf yang bisa mengubah Smurfette menjadi Smurf biru seutuhnya.


Gargamel yang menjadi pesulap terkenal di Perancis bersama kucing peliharaannya Azrael ( Frank Welker), akhirnya berhasil menculik Smurfette lewat bantuan Vexy dan Hackus. Dunia Smurf pun gempar atas hilangnya Smurfette, dan Papa Smurf selaku sosok yang paling dihormati disana memutuskan untuk melakukan misi penjemputan bersama tim 'terbaiknya'. Bagi yang sudah sangat rindu dengan kehadiran Smurfs sejak tahun 2011 lalu, bersiap-siaplah untuk terhibur kembali lewat karakter-karakter lucu dari Papa Smurf, Grouchy Smurf, Clumsy Smurf, Vanity Smurf, Brainy Smurf, Handy Smurf, Gutsy Smurf, Hefty Smurf, Panicky Smurf, Greedy Smurf dan sebagainya. Nuansa biru langit yang identik dengan Smurfs, seketika langsung memancing tawa saat film The Smurfs 2 baru dimulai. Hal ini tentu sudah menjadi harapan para pecinta Smurfs yang sudah menunggu 2 tahun untuk sekuelnya.


Setelah sebelumnya mereka singgah ke kota New York, kini di The Smurfs 2 Papa Smurf dan kawan-kawan beraksi di kota Paris, Perancis tempat penyihir jahat Gargamel menjadi pesulap terkenal disana dan menyekap Smurfette. Misi penjemputan inilah yang menjadi sangat menarik karena tidaklah mudah bagi para mahluk mini berwarna biru ini berkeliaran di dunia manusia. Terlebih lagi mereka harus berhadapan dengan penyihir jahat sekelas Gargamel. Film The Smurfs 2 bukan sebatas misi penyelamatan Smurfette dari tangan Gargamel, disini juga ada kisah mengenai rasa cinta yang sempat hilang dari anggota keluarga. Oleh sebab itulah kisah dari The Smurfs 2 kali ini lebih luas dan mengandung lebih banyak pesan positif di dalamnya. Dengan kata lain, The Smurfs 2 bukan hanya bisa dinikmati oleh anak-anak saja, tapi seluruh anggota keluarga juga bisa menyaksikan film adaptasi komik karya Peyo ini. Bagi yang belum menonton film The Smurfs (2011), Anda masih bisa menikmati The Smurfs 2 karena ada sedikit narasi yang menjelaskan latar belakang Smurfs dan Gargamel. Namun tentu akan terasa lebih lengkap lagi jika sudah menonton film sebelumnya karena di The Smurfs 2 terdapat karakter manusia yang kembali membantu para Smurfs menjalankan misinya. Secara keseluruhan, film The Smurfs 2 sangatlah menarik untuk disimak karena sangatlah menghibur dan mengandung banyak pesan positif mengenai cinta secara universal. Jangan ketinggalan menonton The Smurfs 2 yang bakal tayang di Cinema 21 pada tanggal 2 Agustus 2013 ya, karena kabarnya The Smurfs 3 sudah mulai dipersiapkan untuk rilis di tahun 2015.

Despicable Me 2: Perjalanan Seru Gru Demi Selamatkan Minions


Gru (Steve Carell), kini tengah asyik menikmati kehadiran anggota baru keluarganya, Agnes, Edith dan Margo. Hari-hari Gru disibukkan dengan ketiga putrinya tersebut. Gru bahkan kini memiliki profesi baru, yakni memproduksi selai dan jelly. Hal tersebut tidak berlangsung lama setelah seorang wanita datang menghampiri Gru ke rumahnya, Lucy (Kristen Wiig). Dengan cara yang sedikit ekstrim, Gru pun dibawa menuju markas Liga Anti-Kejahatan. Disana, Gru dimintai bantuan untuk menghentikan seorang penjahat baru yang memiliki serum rahasia. Berdampingan dengan Lucy sebagai rekan kerja, Gru pun memulai kembali aksinya. Ditengah-tengah pencarian tersebut, Gru bertemu dengan penjahat baru yang ia curigai, Eduardo El Macho (Benjamin Bratt). Dan disaat yang bersamaan, para minions Gru mulai menjadi korban dari kejahatan El Macho. Bagaimanakah cara Gru menyelamatkan para minionsnya tersebut?

Despicable Me 2 adalah kisah animasi keluarga yang layak untuk menjadi pilihan utama Anda. Masih dibawah arahan Pierre Coffin dan Chris Renaud, Despicable Me 2 menghadirkan keseruan dan kelucuan-kelucuan yang lebih intens. Tak hanya dipenuhi dengan aksi-aksi menarik Gru dan para minions, kehadiran Lucy pun menambah bumbu humor sekaligus romansa epik yang kerap mengundang tawa. Berdurasi 98 menit, Despicable Me 2 mampu menghibur Anda setiap menit yang ditampilkan. Ditengah keseruan Gru menjalankan aksinya, para minions pun tetap setia dengan kekonyolan-kekonyolan yang lucu.

Perlu diketahui, film dibawah naungan Illumination Entertainment ini juga akan tayang dalam format 3D, dan teater IMAX. Lantas bagaimanakah aksi Gru dan para minions dalam Despicable Me 2 kali ini? Temukan jawabannya dengan menyaksikan Despicable Me 2 mulai 3 Juli di Cinema 21 terdekat.

The Heat: Kolaborasi Unik Agen FBI dan Polisi Lokal


Perjalanan seru dan tak terlupakan bermula ketika seorang Agen Khusus FBI di New York, Sarah Ashburn (Sandra Bullock), dikirim oleh bosnya untuk memecahkan sebuah kasus di Boston, Massachusetts. Mengingat kemampuannya dalam menganalisa dan setumpuk prestasi yang telah didapatnya, Ashburn pun menjadikan hal tersebut sebagai batu loncatan agar ia dapat duduk di kursi jabatan yang lebih tinggi. Adalah Simon Larkin, yang menjadi target utama Ashburn di Boston. Bukan dengan mudah Ashburn memecahkan kasus tersebut, ditambah lagi setelah pertemuan yang kurang menyenangkan dengan seorang Polisi Lokal, Mullins (Melissa McCarthy). Jauh berbeda dengan Ashburn yang berbasis 'text book', Mullins sangatlah berapi-api dan punya caranya sendiri dalam menghadapi kasus. Meski diawal mereka berdua sempat bersitegang, hal itu tidak berlangsung lama karena keduanya diharuskan bekerja sama untuk membekuk Larkins. Dalam penyelidikannya tersebut, terkuaklah sesuatu yang memilukan yang menimpa Mullins. Lantas mampukah keduanya bersama-sama menaklukkan target mereka? Jika Anda menginginkan suasana tegang dengan kemasan humor, The Heat lah jawabannya.

Tak diragukan lagi, keterlibatan Sandra Bullock dan Melissa McCarthy di dalamnya menjadi salah satu pemicu menghiburnya film The Heat ini. Disisi lain, sang sutradara Paul Feig, mengemas intisari cerita dengan sangat ringan dan sedikit kejutan diakhirnya. Sentuhan-sentuhan humor pun tampak begitu nyata dan mampu mengocok perut Anda. Bahkan karena kelucuannya, Anda seakan tak mampu untuk berhenti tertawa melihat ulah dari dua orang rekan kerja tersebut.

Dibawah produksi Twentieth Century Fox, The Heat dengan durasi 117 menit ini juga menawarkan kombinasi unik antara dua kepribadian manusia yang berbeda, dan cara mereka untuk mengatasi perbedaan tersebut. Sang penulis, Katie Dippold, juga dengan luar biasa memadu padankan sebuah kisah segar yang sangat menghibur. Aksi kolaborasi dari Agen Khusus FBI dan Polisi Lokal Boston dalam The Heat ini akan siap menghibur Anda mulai 10 Juli 2013 di Cinema 21.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Sinopsis Film - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger